Kamis, 02 Juni 2011

kumpulan cerpen bahasa indonesia sastra indonesia karya taufik alhadi ini adalah kumpulan cerpen yang sangat menarik dan rame sekaligus menyedihkan dan misteri


Yang Dia Ucapkan Menjadi Kenyataan Yang Tak Dia Inginkan.
Karya : Taufik Alhadi
           

Pagi hari seperti biasanya, sang ibu sudah biasa mencaci maki anak cikalnya.
Dalam keadaan menangis anak itu selalu berusaha membuat orang tuanya tersenyum namun orang tuanya tak menghiraukan. Rustandi yang selalu membuat orang tuanya jengkel kini tak lagi menangis karena sudah tak kuasa untuk meludahkan air mata lagi.

            Sina dan Adul selaku adik Rustandi tak ada rasa belas kasihan kepada kakak sulungnya, malahan dia hanya ingin Si anak kasihan itu pergi dari pandangan mereka, mereka penjilat juga jahat dan syirik pada Rus yang sangat baik.Dalam 5 tahun itu Sina dan Adul menjadi anak emas di keluarga itu semenjak rus terjatuh karena jebakkan. Si bibi adik ibu mereka selalu berusaha baik di hadapan ayah dan ibu namun hatinya berbanding jauh. Rus sudah menerima apa adanya yang terjadi di istana itu walau seluruh orang ingin dia pergi tapi dia selalu mencoba untuk menjadi seseorang yang baik terhadap siapa pun.

Dulu sewaktu dia masih harum namanya dia sangat di sayangi kedua orang tuanya namun disaat dia dijaili oleh adiknya, diapun kini hanya dianggap kucing yak tak berguna karena fitnahan-fitnahan kedua adiknya, semua orang benci pada dia.

Tak pernah ada kata yang dia keluarkan disetujui oleh siapapun kecuali ketika ditempat dia bersekolah dia sangat di hormati, malah setiap teman setiap guru pun membanggakannya.
           
Kekasihnya tak lagi menemani hari-harinya karena mungkin alunan hidup rus sudah terhembuskan nafas jahat dikeluarganya yang akhirnya dia berjalan tanpa setitik kasih sayang di penjara hidupnya.

Berbuat-baik dan terus berbuat baik meski tak ada yang menatapnya.
“dasar kau anak yang tidak berguna, mati saja kau!”, itu kata kata yang selalu di lontarkan ibunya untuk dia jikalau dia berbuat sesuatu yang mungkin tak seberapa kesalahannya.
           
Pagi itu dia berangkat kesekolah dengan semangat seperti biasanya, naik kendaraan umum yang tak layak di tumpangi, walaupun anak seumurnya sudah mengendarai sepeda bermotor pergi ke sekolah, meski harta orang tuanya cukup banyak pula.
           
Belajar  tekun, itu selalu dia lakukan, di kelasnya, orang yang tak punya hati terheran pada Rus, “Rus, kau ini kan anak orang kaya, tapi kau kaya orang gubuk..hahaha!” ejekkan itu diucapkan oleh teman-temannya yang sirik pada Rus.

            Pulang sekolah dia berdiam dikamar sambil merenungi apa yang terjadi.
“mungkin tak seharusnya aku hadir di dunia ini.”dalam hati Rus.
Meski begitu anak itu selalu mencoba dan terus mencoba menjadi anak soleh.
           
Keluar dari kamarnya, berjalan mengambil sebuah piring di dapur.
Tak sengaja dia menjatuhkan piringnya dan sang ibu pun bangun dari tidurnya karena mendengar suara ganjil tersebut lalu memarahi rus sambil mengeluarkan ucapan-ucapan yang tak seharusnya di lontarkan dari bibir jahatnya ”sudah kuduga dasar kucing yang tak berguna, kalau berbuat sesuatu pakai otak dong! Aku menyesal melahirkan anak seperti kau. Mending kau mati sekalian!”, semua orang yang ada di dapurpun ikut mencacimakinya. Dan Rus pun membersihkan ceceran piring yang berserakkan itu walaupun hatinya menangis teriris dengan kata-kata ibunya yang tak sayang pada Rus.
           
Karena kepedihan hati yang sangat dalam dia pun mengabulkan perintah ibunya untuk mati. dengan beling ditanganya yang mulanya akan dibereskan dia pun berubah pikiran lalu menggoreskan benda tajam tersebut pada urat nadinya. Rustandi pun tergeletak menghembuskan nafas terakhirnya.
           
Semua anggota keluarga berkumpul melihat jenazah anak malang itu. Adik-adiknya bersenang hati melihat kepergian kakak Rus. Sang ibu akhirnya menyadarai apa yang telah terjadi dan menyesali segalanya.” Mengapa aku harus berbuat itu pada darah daging ku sendiri, nak ibu minta maaf!, tak seharusnya ibu berkata itu. Itu bohong nak!, ayo bangun ibu takkan lagi begitu jika kau bangun.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar